“Jika kamu menghitung-menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan dapat menentukan jumlahnya (menghitungnya). Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun
Lagi Maha Penyayang.” QS. An Nahl : 18.
Sungguh tiada yang paling nikmat dari seseorang yang beriman kepada Allah selain dari rasa syukur atas apa yang telah diterimanya. Tentunya rasa syukur diwujudkan setiap orang dengan cara yang berbeda-beda. Itu semua tergantung pada kemampuan tiap-tiap mereka yang ingin bermuara pada keridoan Allah SWT.
Salahsatu bentuk rasa syukur yang paling dianjurkan adalah berbagi kepada sesama, dengan penuh cinta membagikan kebahagiaan pada orang-orang di sekeliling kita sebagaimana yang telah dianjurkan Rasulullah SAW: Barangsiapa ingin doanya terkabul dan dibebaskan dari kesulitannya hendaklah dia mengatasi (menyelesaikan) kesulitan orang lain. (HR. Ahmad).
Ibu Ika. Kembali mengajak kita semua untuk mewujudkan rasa syukur tak hanya melalui komunikasi dengan Allah atas kesembuhannya, melainkan mengajak kita semua belajar bagaimana rasa syukur akan tampak nyata bila ada orang lain yang juga turut berbahagia atas kebahagiaannya.
Inilah sekelumit cerita mengharukan, yang dituturkan Ibu 2 anak ini kepada seluruh yang hadir dalam acara tasyakur binikmah Hari Ahad 15 April kemarin di rumah kediamannya di jalan Teuku Umar Bandung.
3 tahun lalu, Tim LSM UMV bertemu beliau sebagai donatur program pemberantasan buta huruf Al-quran Braille. Ibu solihah yang diperkenalkan sebagai istri Dirut Bank Jabar bapak Bien Subiantoro ini mengapresiasi kegiatan LSM UMV dalam programnya menjadikan para insan tunanetra sebagai generasi qurani.
Hubungan yang terjalin baik itu terus berlanjut sampai suatu ketika ibunda dari mas Kayo dan Mbak Kanya itu berpamitan untuk berangkat umroh ke tanah suci. Allah memang Maha Berencana. Kita tak pernah tahu tujuan Allah dalam memberikan cinta kasihNya kepada hamba-hambaNya yang dicintaiNya.
Demikianpun dengan Ibu Ika. Beliau tak pernah tahu rahasia Allah yang ada dibalik vonis kangker yang justru diterimanya sepulang dari tanah suci.
Selama 3 tahun ini beliau berikhtiar tanpa lelah mulai dari pemeriksaan rutin dan menjalani kemoterapi, semata-mata ingin mendapat pertolongan Allah demi kesembuhan penyakitnya. Dengan terus didampingi suami, putra-putri dan seluruh keluarga yang mencintainya, beliau terus berjuang melawan sakitnya.
Hingga tanggal 22 Maret kemarin, ibu Ika yang telah dinyatakan sembuh, kembali ingin mewujudkan rasa syukurnya dengan melaksanakan umroh kedua. Tim LSM UMV sempat mengantar beliau seminggu menjelang keberangkatan ke tanah suci, dengan berkunjung ke yayasan Wyata Mandiri Citeureup Cimahi.
Para siswa dan pengurus yang terdiri dari para insan tunanetra itu mengiringi niat ikhlas beliau dengan doa lewat lantunan ayat-ayat suci Al-quran.
Ibu Ika kembali harus menangis karena justru ibadah umroh kali inipun lagi-lagi dalam ujian vonis kansir usus beberapa minggu sebelum keberangkatan.
Namun lagi-lagi ibu pemilik senyuman hangat ini mengatakan dengan tegas bahwa Allah tak pernah tidur. Dia sangat yakin bahwa seberat apapun sebuah ujian, bila manusia itu rido dan sabar, maka Allah akan mengabulkan setiap doanya.
Dia sangat yakin akan keputusan Allah terhadapnya seperti yang telah diyakininya bahwa Allah tidak akan menguji hambaNya melebihi batas kemampuannya.
Tanggal 22 Maret kemarin, ibu Ika bersama rombongan berangkat melaksanakan ibadah Umroh. Ada banyak sekali peristiwa penting yang ia alami terutama pada penyakitnya yang sudah divonis berat oleh dokter yang menanganinya.
Namun Allah tidak pernah melupakan sedikitpun amal kebajikan yang pernah dilakukan hamba-hambaNya. Allah yang Maha Mengetahui akan selalu mendengarkan tiap keluh kesah hambaNya, yang memohon pertolongan kepadaNya.
Ibu Ika berjuang dengan satu tujuan yakni ingin memohon pertolongan Allah ditengah-tengah sakitnya saat menjalankan setiap rukun dalam ibadah umrohnya.
Teman-teman satu rombongan yang baru saja dikenalnya, telah menjadi keluarga yang begitu peduli dan dengan penuh cinta mendoakan kesembuhannya.
Hal paling mengharukan dari beliau adalah dalam sakitnya, dalam tangisnya, beliau masih juga mendoakan saudara-saudaranya yang sedang dalam keadaan sulit di Indonesia. Di Hadapan ka’bah, dia berdoa untuk beberapa yayasan binaannya dan Yayasan Wyata Mandiri, Sebuah yayasan kecil yang berorientasi pada pendidikan anak-anak tunanetra yang membutuhkan uluran tangannya.
Subhanallah. Ibu Ika telah mengajarkan kita untuk terhindar dari sikap egois. Dalam keadaan sakit, dalam keadaan lemah, justru doa yang diucapkannya adalah pertolongan bagi saudara-saudaranya.
Dan Allah telah membuktikan kasih sayangnya yang begitu besar, Hingga kepulangannya ke Indonesia, Ibu Ika mendapat pernyataan sembuh total dari kansir usus yang dideritanya. Sungguh Allah Maha mengabulkan Setiap doa hamba-hambaNya yang selalu ingat dan khusuk padaNya. Benar janji Allah untuk orang-orang yang ingin disembuhkan dari sakitnya, yang ingin dibebaskan dari kelemahannya. “Maka Kami pun memperkenankan seruannya itu,lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya.”