Mengenal Spesifikasi Al-Quran Braille
Suara mesin terdengar jelas begitu memasuki ruangan di salah satu sudut kawasan percetakan Al-Quran Braille yang ada di Kota Bandung, Jawa Barat. Di sana, beberapa orang tampak sibuk menyusun lembar demi lembar kertas berwarna putih. Namun sebelum disusun, lembaran kertas putih ini terlebih dulu diolah menggunakan mesin tua yang ada di sana.
Kertas tersebut dimasukkan ke dalam pelat besi yang kemudian di press menggunakan mesin. Tekanan dari mesin itu akan menimbulkan tekstur menonjol di permukaan kertas. Tekstur itulah yang kemudian akan memudahkan Insan Tunanetra untuk membaca ejaan huruf demi huruf yang dituliskan di atas kertas tersebut. Tempat ini memang merupakan sebuah percetakan Al-Quran Braille yang ada di Kota Bandung. Setiap harinya, ratusan lembar kertas dicetak dan disusun menjadi Al-Quran dalam Mushaf Al-Quran Braille.
Dalam penuturan yang dijelaskan oleh Bapak Ayi Ahmad Hidayat selaku Kepala Percetakan Al-Quran Braille di Wyata Guna Bandung, bahwasanya untuk mencetak Al-Quran Braille memerlukan kertas khusus yang memiliki ketebalan yang pas dan waterproof. Hal ini disampaikan ole Bapak Ayi kepada salah satu staff Ummi Maktum Voice saat kami menyambangi Percetakan Al-Quran Braille itu seraya bersiap untuk mendistribusikan 100 Set Al-Quran Braille ke seluruh Indonesia.
Selain itu, Bapak Ayi menjelaskan bahwa untuk cover Al-Quran Braille sendiri menggunakan cover yang tebal dan khusus serta memiliki ketahanan yang kuat, hingga dapat bertahan 5 – 10 tahun lamanya.
Peruntukkan Al-Quran Braille
Bagi penyandang Tunanetra, mereka harus belajar lagi untuk bisa membaca Al-Quran Braille. Hal itu juga berlaku bagi penyandang yang sudah bisa membaca Al-Quran sebelumnya. Mushaf ini diperuntukkan untuk Insan Tunanetra atau orang-orang yang menderita gangguan penglihatan. Mushaf ini disusun berdasarkan simbol Braille Arab yang telah digunakan dalam mushaf-mushaf Braille di Yordania, Mesir dan Pakistan. Simbol ini berpijak pada hasil uniformisasi simbol Braille Arab pada konferensi yang diselenggarakan UNESCO di Beirut, Lebanon pada 1951.
Sebab perbedaan Al-Quran biasa dengan Al-Quran Braille bukanlah hanya pada tekstur yang timbul agar bisa diraba, melainkan ada beberapa perbedaan lainnya yaitu :
1. Huruf Arab Braille Hanya Enam Titik
Huruf Braille, untuk aksara latin maupun Arab itu memiliki sistem yang sama, yaitu berupa pola enam titik timbul dengan tiga titik menurun dan dua titik menyamping, seperti pola kartu domino.
Jadi, huruf Al-Quran Braille bukanlah huruf Arab yang dibuat timbul agar bisa dibaca. Pembeda dari setiap hurufnya adalah pola titik yang timbul tersebut. Selain itu dalam aksara Arab terdapat tanda baca, nah dalam sistem Braille tanda baca juga menjadi titik timbul seperti huruf.
2. Tanda Baca Disimpan Terpisah
Dalam sistem penulisan Braille, huruf dan tanda baca ditulis bergantian, sehingga merabanya pun dipisah. Seperti pada ‘Bismi’ menjadi ‘Ba, kasroh, Sa, sukun, Mim, kasroh’. Hal tersebut juga yang membuat Al-Quran Braille menjadi sangat tebal.
Tidak seperti membaca Al-Quran biasanya yang dari kanan ke kiri karena mengikuti pola tulisaan Arab, membaca huruf Arab yang sudah diterjemahkan ke dalam Braille, membacanya berubah jadi dari kiri ke kanan.
3. Al-Quran Braille Dipisah Per Juz
Karena sistem Braille yang mengharuskan pemisahan antara huruf dan tanda baca, serta penggunaan kertas dengan standard berat dan ukuran tertentu, membuat Al-Quran Braille menjadi sangat tebal.
Hal tersebut yang membuat Al-Quran Braille dibuat per juz, karena jika disatukan sebanyak 30 juz langsung, maka tebalnya bisa mencapai setengah meter lebih.
4. Tingginya Angka Permintaan Al-Quran Braille
Al-Quran Braille diperuntukkan untuk Insan Tunanetra maupun orang-orang yang mengalami gangguan penglihatan. Sementara yang kita ketahui bahwasanya satu setengah persen dari jumlah penduduk di Indonesia mengalami kondisi ketunanetraan. Entah karena dari lahir maupun karena mengalami suatu gangguan kesehatan yang merenggut penglihatannya.
Tingginya permintaan Al-Quran Braille ini nampaknya menjadi PR untuk kita semua. Karena masih banyak Insan Tunanetra yang sampai saat ini belum dapat memiliki Al-Quran Braille karena harganya yang lumayan mahal dibandingkan dengan Al-Quran biasa. Harga Al-Quran Braille berkisar 1.800.000 hingga 2.000.000 rupiah, inilah mengapa Insan Tunanetra masih banyak yang belum memiliki Al-Quran Braille.
Menjadi Berarti Mensyukuri Nikmat Penglihatan Sampai ke Hati
Melihat begitu banyak Insan Tunanetra yang belum memiliki Al-Quran Braille, Ummi Maktum Voice hadir menjadi media agar Insan Tunanetra dapat memiliki Al-Quran Braille tentunya tak lepas dari dukungan para Muwakif yang ikut serta dalam Program Pemberantasan Buta Huruf Al-Quran Braille di Indonesia.
Mari kita bersama-sama melihat ke dalam diri kita, betapa bersyukurnya diri kita kala kita dapat melihat kenikmatan dunia melalui mata. Hal inilah yang menjadi mimpi bagi Insan Tunanetra kala mereka ingin sekali melihat ayat-ayat Allah didalam Al-Quran, namun terhalang penglihatan. Melalui Al-Quran Braille mereka dapat dengan mudah belajar serta membaca Al-Quran menggunakan ujung jari-jemari melalui indera peraba.
Mari menjadi berarti untuk sesama sebagai bentuk mensyukuri nikmat penglihatan yang kita miliki melalui Program Wakaf Al-Quran Braille. Simak informasi mengenai spesifikasi Al-Quran Braille lebih lengkap melalui Al Quran Braille Official
LSM Ummi Maktum Voice
Membuka Mata Hati Menghadirkan Al-Quran Didalam Hati
Informasi Lengkap
Website : umv.or.id
Telepon : (022) 522 8552
WhatsApp : 0811 911 0800